Bendul Merisi Utara VIII No. 8
Surabaya - Jawa Timur

Written by user
Hits: 327

PANDEMI BERLANJUT, TERAPI TAK BOLEH SURUT!!

Belajar bahasa tidak bisa berhenti. Ia harus terus menerus dilatihkan setiap hari apapun kondisinya. Oleh karenanya, dalam masa pandemi ini Yayasan Aurica tetap berupaya untuk bisa melayani anak-anak melalui terapi online.

Selama proses terapi, orang tua sepenuhnya mengendalikan situasi dan melaksanakan semua target yang sudah tertera di Planning Session. Sedangkan terapis bertugas memandu, memberikan contoh, dan menjawab semua pertanyaan orang tua terkait praktik ketika di rumah baik saat belajar di meja maupun saat beraktivitas sehari-hari.

Manfaatnya sangat banyak!

Orang tua menjadi lebih memahami penerapan AVT karena selalu menerapkannya secara langsung, tidak hanya melihat bagaimana terapis menerapi anaknya.

Orang tua menjadi lebih memahami dan mampu mengendalikan anak-anaknya. Tidak ada pilihan! Situasi terapi online hanya bisa optimal apabila anak kooperatif, sehingga orang tua senantiasa berusaha agar anaknya kooperatif saat terapi online dan memanfaatkan waktu 1 jam dengan sebaik-baiknya.

Orang tua tidak akan kehilangan arah. Walaupun tidak bisa terapi tatap muka, orang tua tetap memiliki target yang tersusun sesuai kondisi anak dari terapis tiap minggunya.

Setting tempat yang sangat natural. Penerapan AVT di rumah membuat anak bisa lebih nyaman, menjadi dirinya sendiri, bahasa yang diberikan sangat alamiah sesuai kondisi di rumah, pembelajaran juga bisa langsung praktik (tidak hanya di meja, tapi bisa keliling rumah untuk menerapkan pembahasaan sehari-hari sesuai kondisi rumah). Sering sekali saat terapi online, sengaja tidak memakai mainan, melainkan langsung dengan benda di rumah, tiap ruangan yang ada di rumah, orang-orang yang ada di rumah, dll.

Terapis tidak kehilangan pemahaman tentang anak didik yang menjadi tanggung jawabnya. Bayangkan apabila selama pandemi yang sudah lebih dari 1,5 tahun, tanpa terapi tatap muka, tanpa terapi online, maka terapis akan blank terhadap kondisi anak dan kesulitan mencanangkan target ketika tiba-tiba terapi berjalan normal kembali. Sebaliknya, orang tua kehilangan arah dan anak akan stagnan pencapaiannya. Bagaimanapun habilitasi terhadap anak gangguan pendengaran pengguna teknologi pendengaran harus terencana, sistematis, dan berkesinambungan.

Anak-anak tetap bisa riang, belajar bersama saudaranya, pengasuhnya, orang tuanya, boneka dan mainan kesukaannya, bahkan bahasa ekspresifnya sangat berkembang karena seringkali mereka akan memperkenalkan “ini siapa, punya mainan apa yang baru, ada situasi apa di rumah”, dan masih banyak lagi. Banyak hal yang bisa kita stimulasi sebagai bahan komunikasi saat anak-anak itu terapi dirumahnya, banyak sekali!!

Jadi, walau pandemi terapi tak boleh berhenti!!