Bendul Merisi Utara VIII No. 8
Surabaya - Jawa Timur

Written by user
Hits: 264
Bagaimana mendudukkan dan memfungsikan AVT di MEJA dan APLIKASI sehari-hari?
Part 3 (Habis)

Terapi melalui aktivitas sehari-hari
Masih ingat artikel kami dalam “The Power of Hearing”? Pada tulisan tersebut kami sempat menyinggung bahwa 90% anak usia dini mendapat kosakatanya dari kegiatan sehari-hari secara insidentil. Artinya, anak mendapat banyak kosakata secara efektif ketika ia beraktivitas, baik itu bersama orang tua, teman, saudara, atau mungkin memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Ketika orang tua sedang bersama anak, senantiasa membahasakan segala yang diamati anak, dilakukan anak, dirasakan anak, selama ia terjaga dan diulang-ulang, maka perkembangan bahasa anak akan mengalami progress yang signifikan.
Hal ini terbukti, anak-anak yang orang tuanya bicara dan berkomunikasi secara INTENSIF kepada anak menunjukkan bahwa jumlah kosakata yang dimiliki anak jauh lebih tinggi dibanding orang tua yang tidak demikian.
. Artinya, anak mendapat banyak kosakata secara efektif ketika ia beraktivitas, baik itu bersama orang tua, teman, saudara, atau mungkin memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Ketika orang tua sedang bersama anak, senantiasa membahasakan segala yang diamati anak, dilakukan anak, dirasakan anak, selama ia terjaga dan diulang-ulang, maka perkembangan bahasa anak akan mengalami progress yang signifikan.
Hal ini terbukti, anak-anak yang orang tuanya bicara dan berkomunikasi secara INTENSIF kepada anak menunjukkan bahwa jumlah kosakata yang dimiliki anak jauh lebih tinggi dibanding orang tua yang tidak demikian.
“Oh-oh…adik jatuh. Oo, lantainya basah, adik terpeleset, makanya jatuh. Besok lebih hati-hati ya” Ketika kita memperkenalkan kata terpeleset, bisakah melalui terapi di meja? Mungkin saja bisa. Tapi apakah anak akan sama “paham” nya jika dibanding dengan kita membahasakannya pada saat anak betul-betul sedang terpeleset? Mengenai sensasi rasa sakitnya, pemahaman tentang sebab dia terpeleset, dan akhirnya, munculnya kebutuhan untuk hati-hati dikemudian hari agar tidak terpeleset.
, makanya jatuh. Besok lebih hati-hati ya” Ketika kita memperkenalkan kata terpeleset, bisakah melalui terapi di meja? Mungkin saja bisa. Tapi apakah anak akan sama “paham” nya jika dibanding dengan kita membahasakannya pada saat anak betul-betul sedang terpeleset? Mengenai sensasi rasa sakitnya, pemahaman tentang sebab dia terpeleset, dan akhirnya, munculnya kebutuhan untuk hati-hati dikemudian hari agar tidak terpeleset.
“Adik mau minum? Oh, adik haus ya? Yuk, minum biar segar..” Ketika kita memperkenalkan kata haus dan segar pada kondisi sesungguhnya, dimana anak betul-betul sedang kehausan sehingga setelah minum bisa merasakan kesegaran, maka pemahamannya bisa lebih menancap dan mudah diingat.
“Hati-hati dik, tehnya panas. Kita tunggu ya, agar tehnya hangat/ dingin…” Bisa lah ya mengenalkannya ketika di meja terapi, alat peraganya juga tersedia. Tapi apakah selalu panas betulan? Atau lebih sering hanya bermain imajinatif? Jika kita tidak mengulanginya lagi di rumah, mengajarkan kepada anak melalui aktivitas sehari-hari, apakah anak sudah pasti paham yang dimaksud panas/ hangat/ dingin itu sensasi rasa yang seperti apa?
Beberapa waktu lalu, saya mendapat cerita dari salah seorang Mama. Mama tersebut mengajarkan sang buah hati mengenal kata “meniti”, “berjalan di titian”. Pertanyaannya, kira-kira, optimalkah bila kita mengajarkannya dengan anak yang hanya duduk, tangan dilipat, memandang peraga di meja yang sedang dimainkan oleh terapis?
Apa yang dilakukan Mama waktu itu? Mama itu sengaja membuat titian yang bisa dibuat berjalan oleh dia dan anaknya. Kemudian, sekaligus menstimulasi imajinasi, Mama tersebut bermain dengan anak… “Yuukkk, kita berjalan di titian. Kita meniti..hati-hati.. dibawah ada buaya. Awas…awas..”. Terbayangkan? Mana yang lebih menyenangkan bagi anak? Bermain seperti itu atau hanya dengan duduk di meja? Padahal, kesan yang menyenangkan akan sangat mampu memberikan bekasan mendalam bagi anak ya.
Sama sekali tidak bermaksud mengatakan bahwa terapi di meja tidak menyenangkan. Ada banyak sekali sesi di meja yang bisa berlangsung menyenangkan. Namun, yang perlu dicatat adalah mengenai kedudukan dan fungsi masing-masing media belajar tersebut.
Menurut pembaca, sebanyak apa kosakata yang bisa diperkenalkan melalui aktivitas anak sehari-hari? Se-menyenangkan apa kegiatan mengenalkan bahasa bila diajarkan melalui bermain? Se-efektif apa, pengenalan bahasa bila kegiatannya dialami secara langsung oleh anak dan dibahasakan saat itu juga?

Jadi, apakah AVT boleh dilakukan jika BUKAN di MEJA ? Justru dengan AVT dimanapun anak kita berada selama kita bisa membersamainya, maka lakukan seoptimal mungkin. Karena, perkembangan anak akan sangat baik bila kita mengoptimalkannya dimanapun dan kapanpun, asal anak terjaga dan kita sedang bersamanya.

Apa saja yang harus diajarkan? Saya pernah membaca buku, yang kalimatnya bisa menjadi jawaban kita bersama. “Everything your child does, says, sees and hears can be the start of an interaction with you or others”.

“Adik lihat apa? Oh, itu semut. Semutnya sedang berjalan. Berbaris. Banyak. Jalan..jalan..berbaris… banyak…”

“Adik dengar sesuatu? Iya, itu bunyi bel. Coba dengar lagi.. Itu ada tukang roti lewat. Adik mau lihat? Yuk, kedepan. Lariii”.
Dan lain sebagainya….

“Bagaimana jika anak saya sudah terlanjur besar tapi baru memakai teknologi pendengaran? Masak harus diperkenalkan tentang makan, minum, tidur, dll kan dia sudah paham?” Iya, sama. Berikan pengetahuan bahasa yang mereka belum punyai. Perbedaannya hanya di teknik dan sistematika materi lain yang diberikan. Anak-anak yang sudah besar, tahu aktivitas makan, minum, tidur, dll tapi mereka belum tentu paham [melalui mendengar] kalau itu dinamakan makan, minum, tidur, dll. Jika pembahasaannya saja belum tahu, bagaimana ingin mengajak mereka berkomunikasi melalui “mendengar”?

Jadi, kembali lagi ke target orang tua ya. Untuk apa kita memakaikan anak teknologi pendengaran? Apakah hanya agar mereka bisa diajak bicara ketika di meja?

 Nah, ayah bunda selamat menjadi tour guide yang menyenangkan bagi sang buah hati. Yang akan mengisi anak-anak kita dengan beragam pengetahuan mengenai lingkungan sekitarnya. Dan menjadi guru yang murah hati dengan menggali dan mengoptimalkan potensi mereka sedalam-dalamnya...

Selamat menjalani hari… Salam hangat Yayasan Aurica

[Selesai...]

Ditulis oleh Elly Yayasan Aurica